Jumat, 03 Juli 2015

Berwibawa di Mata Mertua


Suatu ketika, seorang pemuda dengan lantang memamerkan prestasinya yang luar binasa. "Prestasi saya adalah tiga kali gagal ujian CPNS!" kelakarnya percaya diri. 

Sejak kegagalannya itu, ia justru seperti orang yang bahagia dini. Bahagia sebelum ia benar-benar sukses. "Saya bersyukur. Sebab, cita-cita saya adalah punya uang dan bisa bangun siang!" tegasnya sembari mengisap rokok di warung kopi. 

Kendati demikian, di ubun-ubun keluarga besarnya memandang bahwa tidak sukses hidup seseorang jika tidak bekerja menjadi PNS. Kepanjangannya Pegawai Negeri Sipil! Tahu to? 

Bagi keluarganya, PNS merupakan pekerjaan luhur yang harus dipikul duwur dipendem jero. Sebuah ajaran mulia dari nenek moyang yang tidak boleh dibantah. Sekali saja membantah bisa-bisa kuwalat dan kena azab mati dikerubuti belatung. Camkan itu!

Hanya PNS saja yang disebut pekerjaan, lainnya tidak! Tidak ada mantu yang patut diajeni, digugu lan ditiru, kecuali mantu yang menyandang pekerjaan PNS. Yang dimaksud "dadi wong" dalam istilah Jawa itu ya dadi PNS itu. Ngerti enggak sih? Lainnya tidak! 

Bahkan segala macam cara bisa ditempuh. Mulai lobi, nyepik janda #eh pejabat BKD kabupaten, ketua partai, anggota dewan, kepala dinas pendidikan, hingga rela menjual harga diri #eh sebidang sawah, tidak masalah. Semua itu hanya agar anak keturunannya berwibawa di mata mertua! Lantas menjadi PNS itulah jawaban satu-satunya. 

Maka prinsip selanjutnya adalah bagaimana melakukan manuver kreatif untuk merekayasa nasib. Nyogok dan membayar uang pelicin itu tak masalah! Sah. Bukankah jika tidak bisa masuk melalui pintu depan, masih ada pintu belakang? Masih banyak jalan menuju Roma. Pokoknya harus jadi PNS. Titik. 

Ingat bro, nenek moyangmu adalah golongan Aristokrat, golongan priyayi! Bukan dari golongan wong cilik yang sengsara dan banyak utang. Kalau perlu, semua anak cucumu harus menjadi pejabat yang membantu pemerintahan, kerajaan, maupun kesultanan. Jadilah mangkubumi, patih, perdana menteri, maupun hulubalang. Enak to? 

Itu satu-satunya pekerjaan mulia, mendedikasikan seluruh nafas hidupnya sebagai kawula atau abdi negara. Bekerja untuk kepentingan sang raja. Saat itulah, anak cucumu akan tetap bergelar Priyayi, Raden, Raden Mas dan pegawai negeri sipil! Jika libur bisa naik kuda, mobil mewah, istri berlimpah, jalan-jalan di mal, butuh uang tinggal bikin proposal Bansos, cairkan APBN/APBD untuk main golf. Bukankah itu pekerjaan yang maha asyik dan mulia? 

Hanya orang-orang iri saja yang berceloteh dan sok berkoar-koar kalau PNS itu doktrin kolonial belanda. Hanya orang-orang gagal saja yang menyebut bahwa PNS itu babu-nya negara! Kalian tahu, apa tugas PNS? 

"Dari dulu saya tahu, tugas PNS hanya nyusu kepada negara! Tugas PNS hanya ngrepoti rakyat saja!" ujar pria itu. 

Memang sulit memahamkan orang-orang gila. Terlebih sulit hidup di tengah orang-orang yang terlanjur bebal! Semacam wabah massal, semuanya menjelma hewan melata. Yang ada di otak dan kepalanya hanya bagaimana agar bahagia dengan hidup enak, makan, berak, beranak dan kawin saja.  

"Lantas adakah cita-cita yang lebih hebat selain; punya uang dan bisa bangun siang? Oh, sepertinya tidak ada!" ujar pria itu lantang. Mungkin kurang piknik.  



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar